Re-finding the “Why”

For this time being, I often get sick and frustrate toward my studies. Unlike my bachelor’s journey, I do think to “just” graduate as soon as possible, as fast as I can, but as fact, these mindset, hold me back. Becoming pragmatic doesn’t solve my problem but make it more complicated and difficult. I know my problem and its solution but I scared to answer it.

As I let my fingers dance in keyboard, I try to find again the reason why I continue my study. Reminding my “aged” age, continuing study without any. Sometimes, I do regret with my choice to take this degree. But in the same time, I remember how hard I pursue the condition where am I now. Its too far to quit, but too desperate to continue. I never imagine that my study life will this challenging. I know for sure that this stage will not last forever, but as I drag it as slow as possible to avoid the pain, this stage can continue and haunted my soul like forever. I need to end this struggle soon. I need to slap and kick my self hard to wake immediately and continue my battle.

Because of being pragmatic is not suit me at all, I try to become idealist and crave my idealistic mindset, once again. What are advantages for myself and people around me if finished and complete my study? I try to make list, make thousand reasons, and get back my internal motivation. But, my fear is bigger than my courage to finish it.

I need to finish this soon because I want to escape from these endless anxiety of new massage from my Professor; of the tickling calendar that turn day to week to months to a new semester; of reminder massage from scholarship that ask me to renew some documents. I need to finish this soon because I miss the atmosphere of classroom and children who running away from corridor; I am longing for meeting new students in counselling room, talk heart to heart, listen and understand whole-heartily; I am yearning my self to give and share to society in any form of help and kindness. People around me and my own self need me. I need breakthrough and become my new self, with my timeless idealism. That’s why I need to graduate soon.

I need to believe my self, my capabilities, my competency, my power, my ability, my strength and weakness, my future and opportunity that I can conquer and win this battle on time safely.

May Allah bless me.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Skip

Hidup yang rumit seperti kabel listrik dan sendu seperti hujan lebat di sore hari.

Ada yang berkata bahwa jika kamu adalah orang yang memakan kulit ayam di awal sesi makan, pembaca review dan spoiler sebelum menonton serial drama atau film, penyuka pembaca chapter akhir sebelum membaca novel, maka kamu orang yang mudah menyerah.

Begitu lah saya. Saya pemakan snack di awal acara. Pemakan kulit ayam dari gigit pertama. Pembaca banyak review sebelum memulai menonton film atau membaca novel. Saya bukan pengambil resiko ataupun orang gigih nan keras kepala.

Oleh karena itu, jika saat ini adalah novel, saya ingin meloncati lembar ini dan segera membalik bab penutup. Jika sekarang adalah adegan film, saya ingin mem-forward dengan kecepatan 2x untuk menonton ending yang menyenangkan. Bahkan jika masa ini adalah serial drama, saya akan memilih tidak menonton beberapa episode dan menonton episode penutup yang manis. Happily ever after.

Sayangnya, hal tersebut tidak mungkin bisa saya lakukan. Saya tidak ingin mati atau melalui jalan instan. Saya hanya ingin masa yang berat ini segera berlalu, cepat, kilat. Bagaikan dua tahun ini yang tidak meninggalkan kenangan bahagia. Mendung, kelabu, gelap, gerimis.

Meskipun terjadi satu dua dan beberapa hal baik di tahun-tahun ini. Gemelantung kesedihan tetap merajai ingatan dalam benak kita tentang masa-masa ini.

Jika ini usai, apakah saya akan menjadi seperti saya yang lalu? Jika semua ini berlalu, apakah saya akan menyimpan senyum secerah yang lalu?

Sungguh, saya meragukan kemampuan saya untuk bertahan. Ataukah sebaiknya saya menyerah? []

Child-free?

Istilah ini hits sekali dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini cukup membuat risih dan tergelitik. Saya yang apa-apa diobrolin sama suami, ikut membahas ini. Ada apa sih, kenapa istilah ini menjadi popular?

Paseban Mengajar 2019: Kangennyaa~

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, psikologi, dan anak-anak, membersamai anak-anak adalah sebuah anugrah. Baik yang masih mungil nan lucu, usia balita, mulai bersekolah dan berteman, hingga remaja yang suka menggalau dan membicarakan cita-cita, saya menyukai mereka semua. Tentu bukan hanya hal yang menyenangkan saja, saya juga menyukai mereka dengan betapa bandel, ngeyel, dan ngotot sikap mereka. Oleh karena itu, pasangan yang menyengaja dan memproklamirkan diri untuk tidak memiliki anak adalah hal yang aneh dan menggelitik. Bagaimana mereka bisa menghindari anugrah yang paling membahagiakan ini?

Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa membesarkan anak merupakan tanggung jawab moral dan material yang besar. Saya yang berperan sebagai guru saja, merasakan betapa beratnya tanggung jawab tersebut, terlebih lagi orang tua kandung. Jika ada anak durhaka, tentu ada orang tua durhaka yang zalim terhadap anaknya. Namun, sebagai orang yang berpendidikan (yang berarti wawasannya terbuka) dan sadar, perilaku zalim tersebut tentu bisa dihindari, bukan?

Ketidakpahaman saya mengantarkan saya pada beragam video dan artikel dari beberapa nama yang memproklamirkan diri sebagai pasangan yang child-free. Saya akan mencoba menuliskan dan mengupas hal-hal yang saya dapatkan di sini.

Continue reading

My Time for You

By time goes by and I become older, I change my perspective toward valuable and meaningful lifestyles. Study had always become my priority which came after contributions I gave for others. But, those priorities broke my self a part as societies made them as achievement and benchmark of success. Experience and life teach me that I should dig deeper to understand what and why I live.

So, now, what value the most for my self is my time for my significant people and things that I fighting for.

Time well spent with my sibling~
Continue reading

Keniscayaan

Inna ma’al ‘usri yusron

Everybody knows that life is up in the air. We don’t know what will coming through. But, even though that’s the fact, we always want certainty. Taking control, hoping something going work as we want.

As the theme for this week, the fear I have to face on now is uncertainty. As I got new roles as wife and board in new ship with a new captain, my husband, life make me face them with new perspective. So much things change, so much challenges. I need to go deep water and choose, sink or swim!

Continue reading